Monday 16 August 2010

Akuisisi Asing Bukan Jaminan

Gelombang akuisisi perbankan yang melanda Indonesia selama dekade terakhir sejak 2000 sampai 2010 selain mengubah peta kepemilikan saham tentu saja mempengaruhi kinerja bank menuju kearah yang lebih baik. Namun dari berbagai kasus akuisisi yang ada tidak semuanya menghasilkan kinerja yang lebih baik dibanding pra akuisisi. Sehingga akuisisi oleh bank asing, investor lembaga keuangan asing atau lewat konsorsium tidak menjamin bisa memberikan kinerja lebih baik, dibanding akuisisi oleh sesama bank dan investor lokal/domestik.

*

Survey terbaru berthema “Why Asia Bank Under Perform at Merger and Aqcuisition” (McKinsey & Co, Mei 2010) menyimpulkan bahwa akuisisi bank oleh principal investor menghasilkan rate of return 22%, lebih tinggi dari rate of return oleh strategik investor sebesar 7%.Tergolong principal investor adalah lembaga keuangan seperti private equity firm atau sovereign wealth funds.

*

Analisa berikut ini hanya mengambil contoh 9 akuisisi bank nasional oleh investor asing dari perbankan maupun lembaga keuangan non bank dalam 10 tahun terakhir, sehingga belum mencakup seluruh akuisisi oleh asing. Ternyata hanya sepertiga 33% atau 3 bank yang berhasil meningkatkan laba bersih per kapita, 6 bank lainya malah mengalami penurunan laba bersih per kapita, dengan catatan ada yang konsisten terus meningkat, menurun atau berfluktuasi. Ini membandingkan posisi tahun terakhir sebelum akuisisi dengan posisi terakini 2009. Atau berselang antara 2 sampai 5 tahun pasca akuisisi. Menggunakan indikator laba bersih dengan asumsi merupakan indikator penting dan final bagi pemegang saham untuk melihat keuntungan dari investasinya. Sedangkan per kapita untuk mengukur profitabilitas karyawan bank secara menyeluruh (dari level terbawah sampai dewan direksi dan komisaris) yang bersatu padu memajukan bank tersebut.

*

Akuisisi dekade ini diawali oleh perbankan Singapura dan Malaysia yang mengakuisissi Bank Danamon dan Bank Internasional Indonesia tahun 2003. Bulan Juni 2003 konsorsium Sorak Financial Holding mengakuisisi 51% saham Bank Internasional Indonesia (BII) dan satu semester kemudian per Desember laba bersih per kapita sebesar Rp. 41 juta (Desember 2003). Dua tahun berikutnya laba naik drastis 2 kali lipat jadi diatas Rp. 100 juta. Namun 5 tahun pasca akuisisi malah menurun jadi Rp. 63,1 juta dan tahun 2009 malah defisit Rp. 5,7 juta. Karena bank ini rugi Rp. 40 miliar lebih. Pada tahun yang sama Asia Finance Indonesia Pte. Ltd. (afiliasinya Temasek) mengakuisisi 68% saham Bank Danamon yang per Desember 2003 laba bersih per kapitanya mencapai Rp. 115,7 juta. Lima tahun pasca akuisisi laba bersih per kapita Bank Danamon secara konsisten menurun dari Rp. 92 juta (2004) menjadi Rp. 36,8 juta (2009). Perbedaannya selama periode tersebut, Bank Internasional Indonesia mengurangi 5,2% karyawan tapi Bank Danamon menambah 44,4%, menjadi bank pemilik karyawan terbanyak di Indonesia sebanyak 41.617 tahun 2009. Memang sepanjang periode tersebut terrjadi juga akuisisi lanjutan sehingga pemegang saham silih berganti yang tentu berdampakpada kinerja secara menyeluruh.

*

Kemudian bulan November 2004 Bank Permata diakuisisi oleh Standard Chartered Bank dan perusahaan domestik (Astra Internasional) sebesar 51% yang diakhir 2004 punya 6.222 karyawan dengan laba bersih per kapita Rp. 100,1 juta. 5 tahun kemudian karyawan berkurang 22% menjadi 5.150 orang. Selama periode tersebut laba bersih per kapita terus menurun menjadi Rp. 93,2 juta tahun 2009 dan sempat naik tahun 2007 menjadi Rp. 107,9 juta. Dengan demikian dalam proses akuisisi oleh Standard Chartered Bank dan Astra Internasional terhadap Bank Permata tidak meningkatkan laba bersih per kapita seiring turunnya laba bersih.

Akuisisi berlanjut ke merger (sesuai kebijakan single presence policy dari bank sentral) terjadi pada Bank CIMB Niaga sebagai bank hasil merger Bank Lippo dengan Bank Niaga bulan Juni 2008 yang kemudian ganti nama Bank CIMB Niaga efektif November 2008. Satu semester pasca merger laba bersih per kapita menjadi Rp. 61 juta (Desember 2008) kemudian naik jadi Rp. 134,5 juta akhir 2009. Dalam kasus merger ini tidak tepat membandingkan dengan posisi setahun pra merger karena dua bank asal memiliki kinerja berbeda. Sebagai perbandingan, lihat laba bersih bank asal pra merger tahun 2007 berkisar antara Rp. 125 juta (Bank Niaga) sampai Rp. 149 juta (Bank Lippo) atau rerata Rp. 136 juta. Sehingga akuisi plus merger afiliasi Khazanah Bhd ini berhasil naikkan laba bersih per kapita.

*

Masih grup perbankan asal Singapura yakni OCBC (Overseas Chinese Banking Corp) telah mengakuisisi 22,4% saham Bank NISP sejak November 2004 melalui afiliasinya OCF Nominees. Dan meningkat menjadi 74,73% atas nama OCBC Investment Overseas Pte. Ltd per Desember 2008. Setelah jadi mayoritas tahun 2008 dengan nama baru Bank OCBC NISP memiliki 5.518 karyawan ini juga berhasil meningkatkan laba bersih per kapita Rp. 57,4 juta dan tahun 2009 naik menjadi Rp. 79 juta.

*

Akuisisi oleh investor strategis atau equity firm di luar perbankan, bisa menciptakan kinerja berbeda sebagaimana terjadi pada contoh berikut. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), mayoritas sahamnya di akuisisi oleh Texas Pacific Group (TPG) bulan April 2007. Setahun pasca akuisisi BTPN menambah 7,4% karyawan baru dari 3.153 menjadi 3.387 yang meningkatkan beban karyawan dari Rp. 424,1 miliar jadi Rp. 490,7 miliar. Termasuk naiknya total gaji karyawan dari Rp. 672,7 miliar menjadi Rp. 797,4 miliar. Perobahan manajemen berdampak positif terlihat dengan naiknya laba bersih per kapita dari Rp. 26,5 juta tahun 2006 jadi Rp. 75,1 juta tahun 2008. Ini mengindikasikan bahwa investor baru yang menambah dewan direksi dan komisaris dari 8 menjadi 13 orang sehingga total biaya gaji naik 38.9%, tapi juga bisa meningkatkan laba bersih per kapita.

*

Bank raksasa HSBC lewat afiliasinya HSBC Asia Pacific Holding (UK) Ltd pada bulan Oktober 2008 membeli 88,89% saham Bank Ekonomi. Akhir 2007, bank ini punya karyawan 2.225 dan setahun kemudian bertambah 6% jadi 2.358 orang sehingga mendorong beban karyawan naik 20% menjadi Rp. 153,1 miliar, 65% beban karyawan untuk membayar gaji karyawan termasuk direksi dan komisaris . Tapi naiknya beban karyawan diikuti naiknya laba bersih per kapita dari Rp. 87 juta per orang menjadi Rp. 139 juta per akhir tahun 2009.

*

Dari contoh akuisisi bank nasional oleh asing 10 tahun terakhir berdasarkan indikator laba bersih per kapita terdapat beberapa kesimpulan yang menarik guna memahami sisi lain kiprah asing di pentas perbankan nasional. Bahwa investor asing atau bank asing bukan jaminan berhasil meningkatkan kinerja bank yang diakuisisi karena masing-masing memiliki motivasi tersendiri. Diakuisisi dipoles lalu dijual lagi sehingga hanya menjadi komoditi dan bukan mesin ekonomi bagi perekonomian nasional. Kebijakan bank sentral yang membatasi waktu minimal divestasi perlu diperketat, jangan easy come easy go. Nama besar dan team manajemen asing bukan jaminan mutu tapi kemampuan memilih team manajemen lokal yang tepat justru bisa lebih penting guna menciptakan sinergi lebih bagus. **(Dimuat di Infobank No. 377 Edisi Agustus 2010 )

0 comment:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP