Tuesday 8 January 2008

CASHLESS PAYMENT DI INDONESIA MENINGKAT PESAT

Dalam rangka memantau perkembangan trend dan penetrasi “cashless payment” di Indonesia maka INBRA (Investment and Banking Research Agency) melakukan survey dan menemukan pelbagai kondisi yang relevan diantaranya sebagai berikut.
1. Trend cashless payment atau pembayaran non tunai khususnya mencakup pembayaran lewat kartu (kredit, debet dan ATM) meningkat pesat, apalagi pasca krisis. Dimana transaksi pembayaran non tunai lewat tiga media tersebut mencapai Rp. 247 trilyun, 30% dari uang beredar nasional atau 3 kali lipat uang kartal pada tahun 2001.
2. Dari transaksi cashless payment tersebut maka sebanyak Rp. 15 trilyun lebih berasal dari transaksinya 3,5 juta pemegang kartu kredit, sementara transaksi terbesar disumbangkan oleh 21 juta kartu ATM dan 13 juta kartu debet (yang diterbitkan oleh bank, jasa keuangan, dan retailer.
3. Ada kencederungan (meski belum signifikan) bahwa naiknya pertumbuhan transaksi pembayaran non tunai diikuti dengan menurunnya pertumbuhan uang kartal, paling tidak pasca krisis.
4. Dari pasar kartu kredit yang tergolong “hot growth industries” ini maka tiga raksasa terbesar menguasai 67% dengan 2,3 juta kartu dari total 3,5 juta kartu kredit Indonesia saat ini. Tiga raksasa adalah Citibank dengan 1,3 juta (37%), BCA 533 ribu (15,2%) dan BNI 532 ribu kartu (15,1%). Namun mengingat strategi dan program besar-besaran yang dilakukan oleh 20 bank papan atas maka persaingan dalam merebut pasar kartu kredit semakin ketat. Sehingga dalam waktu dua tahun mendatang peta persaingan akan bergeser meski tidak terlalu signifikan. Berdasarkan perkembangan ini diperkirakan awal tahun 2003 jumlah kartu kredit akan mencapai 4,7 juta unit dengan nilai transaksi menembus Rp. 20 trilyun.
5. Kemajuan teknologi menjadi ujung tombak suksesnya para pihak yang ingin berpacu dalam pentas “cashless payment” dan juga kematangan pasar serta gaya hidup konsumen. Sehingga wajar saja jika Indonesia masih termasuk awam dan kecil dalam penetrasi cashless payment. Di mana untuk setiap 1.000 penduduk Indonesia baru memiliki 104 kartu ATM, 67 kartu debet dan 17 kartu kredit. Bandingkan dengan AS yang punya 2.756 kartu ATM, 852 kartu debet dan 4.539 kartu kredit atau negara maju lainnya, sebagaimana terlihat pada tabel.

Penetrasi "Cashless Payment" di Negara Maju dan Indonesia

Rasio menunjukkan jumlah kartu per 1.000 penduduk (posisi tahun 2000)
Semua data tahun 2000, kecuali data kartu Indonesia menggunakan tahun 2001
Sumber : Investment and Banking Research Agency (INBRA), Sept 2002

6. Perusahaan jasa keuangan juga telah masuk dalam bisnis kartu kredit melalui kemitraan dengan perusahaan lain baik asing maupun local, meski porsinya masih relative kecil. Eksposur perusahaan pembiayaan ke kartu kredit baru Rp. 1,2 trilyun atau kurang dari 10% total transaksi kartu kredit nasional dan diperkirakan bisa meningkat pesat. Kemitraan ini akan semakin luas sehingga akan semakin banyak kerjasama antara bank penerbit kartu, perusahaan jasa keuangan, asuransi, produsen barang apalagi jika memiliki captive market.
7. Disisi lain keamanan dan kenyaman konsumen pemegang kartu menjadi hal penting yang tidak bisa diabaikan, apalagi dalam banyak hal konsumen selalu dalam posisi kalah. Ditengah persaingan yang semakin ketat maka dituntut peran aktif dari konsumen agar lebih bijaksana dan hati-hati.

Kesimpulan
Perkembangan saat ini menunjukkan bahwa transaksi pembayaran non tunai (cashless payment) semakin luas dan meningkat pesat, meski penetrasinya di Indonesia masih relative rendah dibandingkan negara maju.
Pertarungan duopoli antara Visa dan Mastercard dalam pasar kartu kredit global akan semakin seru dengan aneka strategi guna merangkul pasar. Visa kabarnya berambisi menguasai pembayaran electronic bahkan meningkatkan nilai per transaksi sampai US$ 10 juta. Sementara MasterCard dikabarkan akan lebih memperat kemitraannya dengan bank penerbit.
Seiring dengan prinsip atau kebijakan “known your customer” (mengenali nasabah) dari otoritas moneter ke pihak perbankan, maka perkembangan transaksi pembayaran non tunai ini juga perlu diantisipasi oleh semua pihak terkait. Apalagi dalam perkembangannya nilai transaksi pasti akan meningkat baik kuantitas maupun kualitas.
Pembayaran non tunai memang mengurangi pelbagai resiko fisik dalam transaksi pembayaran namun di sisi lain juga berpotensi terkena resiko dari white collar crime dengan menyalahgunakan technology.
Meningkatnya kesadaran, gaya hidup serta taraf penghasilan masyarakat menjadi salah satu ladang subur bagi pertumbuhan bisnis kartu kredit, kartu debet dan ATM sebagai alat pembayaran yang kian popular dan menggeser peranan uang kartal dalam masyarakat dan dunia usaha. -*- September 2002, Press Releasse

0 comment:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP