Saturday 21 February 2009

Potensi Kredit Lonsumsi Berbasis Payroll Rp. 32.9 Trillius


Perkembangan kredit konsumsi yang pesat selama lima tahun terakhir yang tumbuh rata – rata 36,6% melebihi total kredit 23,1% dan menyerap 29,2% total kredit perbankan nasional telah melahirkan persaingan yang ketat antar perbankan maupun dengan multifinance untuk memperbutkan potensi pasar yang sama. Terkait dengan kompetisi memperebutkan potensi pasar tersebut INBRA (Investment and Banking Research Agency) melakukan survey untuk menelusuri bagaimana potensi pasar kredit konsumen dengan mengincar konsumen berpenghasilan tetap berbasis pay roll.
Survey dan pemetaan INBRA ini mencakup 329 perusahaan (tidak termasuk holding company) dengan basis pendapatan gaji setahun penuh pada posisi Desember 2006. Jajaran perusahaan ini sepanjang tahun 2006 membayar gaji / honorarium sebesar Rp 32,9 triliun yang diterima oleh 861 ribu karyawan di seluruh Indonesia, dibandingkan tahun 2005 ternyata jumlah karyawannya bertambah 30 ribu atau 3,6% dan total gaji pun naik rata–rata 10,4% dan karyawan di perbankan menjadi calon konsumen potensial. Dari total gaji tersebut sebesar 42% diterima oleh 186 ribu karyawan perbankan, disusul oleh 369 ribu karyawan di industri/ manufacturing yang menyerap Rp 5,9 triliun. Lihat tabel.

POTENSI PASAR KREDIT KONSUMSI
BERBASIS PAY ROLL PER SEKTOR 2006-2005 -Table Lengkap -Hubungi INBRA
Sumber: Diolah dari laporan keuangan. % menunjukkan perubahan 2005-2006
Diringkas dari "Potensi dan Peluang Consumer Financing" INBRA, September 2007

Perkembangan makro perbankan ini tidak lepas dari persaingan yang ketat dan konsentrasi dari perbankan nasional khususnya bank – bank utama dimana penyalur kredit konsumsi (mencakup KKB, KPR, KPA, real estate, konstruksi termasuk pinjaman karyawan dan kredit lainnya di luar investasi dan modal kerja). 5 bank penyalur kredit konsumsi terbesar menguasai 31,6% senilai Rp 71,3 triliun sedangkan 10 besar menguasai sebesar Rp 111 triliun atau 49,2% dari total kredit konsumsi per Desember 2006. Porsi 10 terbesar masih satu digit terdiri Bank Rakyat Indonesia (8,3%), Bank Danamon (6,6%), Bank Niaga (5,9%), Bank Mandiri (5,9%), Bank Negara Indonesia (4,8%), Bank Jabar (4,5%), Bank Central Asia (4,3%), Bank Permata (4,1%), Bank Mega (2,7%) dan Bank International Indonesia (2,0%).
Salah satu pasar yang potensial untuk dikembangkan adalah karyawan perusahaan publik yang memiliki penghasilan tetap sebagai captive market yang dapat dikembangkan melalui payroll based financing (pemberian kredit ke karyawan melalui pemotongan gaji langsung dari bank terhadap perusahaan atau nasabahnya).
Kesimpulan:
1. Potensi pasar kredit konsumsi ini dapat dikembangkan oleh perbankan maupun perusahaan pembiayaan berkerja sama dengan developer, perusahaan otomotif, elektronik dan berbagai produsen barang konsumsi lainnya. Dimana pembayaran kredit bulannya dapat dipotong langsung oleh bank kepada perusahaan tempat debitur bekerja sehingga prosesnya lebih mudah dan terjamin. Bagi bank pengembangan program ini akan berdampak ganda yakni memperluas jaringan nasabahnya untuk pemasaran produk dan jasa perbankan lainnya.
2. Potensi pasar ini memiliki aspek berbeda bagi perbankan karena perbankan sudah memiliki potensi tersendiri melalui kredit karyawan yang sebagian besar ditujukan untuk kredit konsumsi seperti KPR/KPA, Kredit Kendaraan Bermotor atau kredit – kredit lainnya. Bahkan dari 6 bank penyalur kredit konsumsi skala triliunan, 3 diantaranya punya rasio kredit karyawan diatas 10% dari total kredit konsumen yaitu BNI (14,5%), BCA (11,7%) dan Mandiri (10,8%).
3. Karyawan dari perusahaan – perusahaan yang menjadi debitur atau nasabah dari bank menjadi konsumen potensial utuk didayagunakan sehingga bermanfaat bagi kedua pihak. -*- Investor Daily

0 comment:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP