Thursday 27 December 2007

E-commerce SME


Oleh : Beni Sindhunata
Aplikasi dan pemanfaatan teknologi informasi oleh usaha kecil menengah (UKM) Indonesia terbukti bukanlah hanya omong kosong atau hanya sebatas visi, tapi sudah menjadi fakta dengan trend kian berkembang. Setidaknya ini terlihat dari hasil survey BIRO (Business Intelligence Report) tentang prospek masa depan UKM nasional yang dilakukan antara Februari sampai April 2001. Dengan basis responden 420 perusahaan UKM yang berlokasi utamanya di Jabotabek, memproduksi atau terlibat pada 14 jenis produk, 80% diantaranya memiliki investasi dibawah US$ 1 juta, dan mayoritas (72,5%) omzetnya juga dibawah US$ 1 juta. Salah satu aspek yang dianalisis adalah tentang bagaimana persepsi serta posisi mereka mengantisipasi kemajuan IT khususnya dalam konteks paling sederhana yaki internet dan e-commerce.
Ternyata sebanyak 127 perusahaan (30%) dari responde UKM tersebut sudah membuat dan menggunakan website dengan motivasi utama untuk mendukung kegiatan promosi. Dari jumlah tersebut sebanyak 105 memiliki website sendiri dan 22 buah lainnya menjadi member dari portal e-commerce yang sekarang jumlahnya tidak kurang dari 24 buah dengan pelbagai spesialisasi dan segmentasi. Dari 127 perusahaan diatas sebanyak 87 perusahaan berlokasi di Jabotabek dan 40 perusahaan tersebar di DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali.
Disisi lain sebanyak 253 perusahaan (60% dari responden) telah memiliki e-mail yang tersebar di Jabotabek (165 perusahaan) dan 88 perusahaan di luar Jabotabek. Yang menarik adalah seluruh perusahaan yang menjadi basis survey BIRO tersebut telah siap melakukan transaksi bisnis secara on-line (B2B). Dari jumlah tersebut sebanyak 208 perusahaan (49%) berlokasi di Jabotabek dan 213 perusahaan (51%) berlokasi di luar Jabotabek. Dengan rincian tersebar DI Yogyakarta sebanyak 121 perusahaan (57%), Jawa Barat sebanyak 61 perusahaan (29%), Jawa Tengah 34 perusahaan (16%), dan Jawa Timur 14 perusahaan (7%).
Kesiapan UKM khususnya di daerah memasuki media internet dalam rangka promosi produk dan transaksi bisnis menjadi modal utama dalam perdagangan global dimasa depan. Karena media internet akan menjadi sarana promosi dan komunikasi bisnis paling efektif, global dan universal tanpa batas. Sekarang saat ini yang tepat untuk mengembangkan promosi dan transaksi bisnis secara on-line dalam rangka menjaring buyer dan mengantisipasi pasar bebas global. Penting dan menariknya pasar ekspor tidak perlu diperdebatkan lagi khususnya untuk produk-produk kelompok industri kecil, tinggal bagaimana merebut potensi tersebut dengan menjadikan kemajuan IT sebagai salah satu alat perang dalam bisnis.
Dalam konteks inilah perusahaan IT bisa menjadikan segmen dunia usaha UKM sebagai salah satu pasar potensial. Dengan menawarkan pelbagai produk dan jasa manajemen teknologi secara tepat guna dan membumi. Jangan melihat jajaran UKM ini sebagai pengusaha lemah yang tidak memiliki modal besar tapi paradigmanya harus dibalik dengan memandang mereka sebagai mitra dan konsumen potensial untuk dibesarkan. Sehingga jika mereka bisa berkembang dan melebarkan sayap maka perusahaan IT akan menikmati hasil jangka panjang yang lebih besar. Mereka inilah bibit unggul bisnis masa depan. Tentu saja program aplikasi tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan mereka yang paling mendasar dan sangat aplikatif, misalnya dalam lingkup akses pemasaran atau manajemen keuangan.
Apalagi mayoritas responden adalah eksportir sebanyak 409 perusahaan (97%) dan sisanya 12 perusahaan belum melakukan ekspor, namun siap melakukan ekspor. Dari jajaran eksportir UKM tersebut ternyata ada 320 perusahaan yang sudah melakukan ekspor sendiri. Sisanya 89 perusahaan melakukan ekspor melalui jasa perusahaan ekspor (trading). Selam atiga tahun terakhir sejak 1997 sampai awal 2001 tercatat ada 99 UKM berorientasi ekspor yang justru baru berdiri, sementara di sisi lain justru banyak perusahaan afiliasi konglomerat yang pailit dan dilikuidasi. Tercatat bahwa 60% (244 perusahaan) memiliki rasio penjualan ekspor diatas 40%, diantaranya 29% (118 perusahaan) memiliki rasio ekspor diatas 86%.
Usaha kecil menengah (UKM) Indonesia semakin menunjukkan eksistensinya dalam perekonomian nasional dengan pelbagai kontribusi baik dari sisi makro maupun mikro. Sebuah fakta lama yang tidak diangkat kepermukaan dan kini seakan menjadi fenomena baru, apalagi menjadi juru selamat ekonomi bagi rakyat kebanyakan selama dan sesuah krisis ekonomi.
Kita memahami bahwa UKM menghadapi pelbagai kendala, sebuah hal logis dalam pengembangan bisnis. Misalnya ketergantungan pada eksportir pengumpul (jasa) yang banyak tersebar di sentra-sentra industri kecil. Ini menyebabkan margin keuntungan yang diperoleh jauh lebih kecil dibandingkan kalau mengekspor sendiri. Hal ini disebabkan kekurangan informasi pasar global termasuk produk yang diminati konsumen di luar negeri. Memang dari survey, kelompok usaha seperti ini hanya seperlima dari responden. Namun fakta ini menuntut kita untuk dicarikan solusinya demi keuntungan UKM secara nasional. Apalagi kita tidak bisa menutup mata bahwa tidak sedikit usaha kecil menengah di pelbagai wilayah yang gulung tikar.
Dinamika pasar pasti akan mendorong pihak terkait untuk menjadikan UKM (SME) sebagai mitra usaha mereka baik selaku konsumen atau produsen. Pihak terkait ini mulai dari perbankan, jasa keuangan, industri, perdgangan, dan sektor jasa lainnya. Sehingga tidak heran jika sekarang perbankan saling berlomba untuk menyalurkan kreditnya kepada UKM, disamping adanya pendorong melalui kebijakan pemerintah. Apalagi dalam RUU Perbankan yang sedang direvisi, plafond kredit UKM dinaikkan menjadi 40% dari sebelumnya 20%.
Keputusan KTT G15 bulan lalu yang menekankan pentingnya kerjasama dalam pengembangan UKM secara global merupakan momentum yang tepat apalagi dengan kondisi riil nasional seperti saat ini. Bangun jatuhnya industri UKM di pelbagai daerah memang memprihatinkan kita semua danitu adalah bagian lain dari satu sisi mata uang yang sama. Sebagian besar memang terkendala oleh komponen produksi mulai dari bahan baku apalagi dengan rencana kenaikan tarif dasar listrik, telepon dan PPN. Sehingga kondisi tersebut jangan menjadi tolak ukur tunggal bahwa UKM tidak mungkin bisa dijadikan andalan apalagi menganggap UKM tidak prospektif. Survey sudah menunjukkan bahwa mereka bisa eksis dan selalu lentur mengantisipasi perkembangan produk dan jasa teknologi informasi (mulai yang paling dasar website, e-mail dan e-commerce) dengan menjadikannya sebagai “just a marketing tolls only”. .......mulai ini disensor....Secara ekplisit ini menunjukkan bahwa IT berperan dalam meningkatkan kinerja UKM dan UKM sendiri jadi pasar potensial bagi perusahaan IT dan terkait lainnya. * (bs).
Dimuat di Warta Ekonomi, June 2001

0 comment:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP